Skip to main content

Posts

Membersamai orang-orang sholeh

Sungguh bahagia orang-orang sholeh itu, bagaimana tidak setiap kata-kata yang terlontar darinya selalu saja mengandung sebuah hikmah, menggores sebuah makna dalam kehidupan, mengesankan sebuah pengalaman spritual yang terus membayang. Bisa jadi orang-orang sholeh tak begitu terkenal bahkan sama sekali tak dikenal oleh penduduk bumi, namun betapa ia menjadi begitu terkenal dikalangan penduduk langit, namanya selalu disebut-sebut oleh para malaikat. Masya Allah… Sebuah kisah yang sangat mashur di masa lalu adalah seorang pemuda bernama Wais Al-Qarni yang memilih untuk sama sekali tidak terkenal dikalangan manusia, namun lihatlah ketika kematiannya datang begitu banyak orang datang untuk mengurus jenazahnya, yang belakangan diketahui bahwa mereka adalah para malaikat. Allau Akbar… Bahkan Nabi kita pernah berkata kepada Sahabat Ali bin Thalib RA dan Umar bin Khattab RA  “ Suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni
Recent posts

Usaha dan Usholli

Seminggu terakhir pekerjaan dan kesibukan nampak begitu banyak, mulai dari pekerjaan rutin sampai hal-hal kecil yang kesemuanya harus diselesaikan tepat waktu, seminggu terakhir pula dirumah ibu datang dua orang yang sudah seperti ayah dan ibu sendiri bagi kami, memang kami tak memiliki hubungan darah, namun hubungan ini sudah lebih dari sekedar keluarga dekat. Ya.. ternyata hubungan dekat tak hanya mesti satu darah, kepedulian tak mesti seketurunan. Disela-sela perbincangan ringan yang kami lakukan ada hal yang menurutku menarik, ketika ibu dan ayah bercerita bagaimana kehidupan orang-orang dikampung halaman kami di desa Gunung Calang, Pamukan Selatan, sebuah desa kecil yang kaya sumberdaya mineral namun sayang tak sebanding dengan apa yang diperoleh masyarakatnya, terlebih pola fikir masyarakat yang sepertinya sulit untuk diluruskan. Berapa banyak masyarakat disana yang bekerja siang malam, lupa waktu, lupa saat sholat, bahkan cenderung begitu keras tanpa perduli dengan hubungann

Eksplotasi anak-anak

Berita layar televisi sore itu menarik perhatiankusejenak aku tertegun dan mengikuti dengan seksama deretan berita yang ditayangkan, semua tentang anak-anak bahkan balita yang setiap hari harus berada ditengah teriknya mentari, berada ditengah perempatan jalan, ada yang mengamen, ada yang menjajakan tisu, dan lebih tragis dari mereka ada yang hanya sekedar menengadahkan tangan. Semua mereka lakukan apakah benar karena memang perlu, atau hanya karena di manfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab. Satu hal yang membuatku terusik adalah bayi-bayi yang berada dalam gendongan dibawa ke tengah terik matahari, ini jelas sekali dimanfaatkannya.  Bahkan ada satu cerita dari seorang rekan kerja adalah saat melihat anak-anak yang dipaksa untuk meminta-minta dengan dipaksa bahkan dimarahi oleh orang tua (entah itu orang tuanya atau bukan) bahkan saat kondisi mereka tengan tidak mau melakukannya. Miris sekali. Bisa dibayangkan bagaimana anak kecil dipukul dimarahi dibentak

Ayah teladan

Pagi ini ada kejadian yang menurutku luar biasa, seperti biasa setiap pagi aku bersiap siap untuk berangkat kerja dan tak biasanya dua anak manusia Muhammad Azzam dan Mikha belum juga beranjak dari tempat tidurnya, biasanya keduanya sudah kesana kemari, teriak sana sini, apalagi si bungsu yang setiap pagi kadang sudah membuka pintu dan teriak teriak agar pagar depan rumah dibuka sehingga dia bisa bebas kesana-kesana kemari dihalaman tetangga. Sesaat tibalah sarapan pagi yang hangat, dan dari sebuah smartphone yang layarnya sudah retak-retak karena ulah dua anak manusia tersebut terdengar suara khas seorang Ustadz yang masuk kategori favoritku dan tema yang terdengar adalah tentang Krisis Ayah. Ayah tahukah bahwa saat ini banyak anak-anak yang memiliki ayah tapi tak pernah merasakan kehadiran ayah sesungguhnya, ayahnya lebih suka dengan gadget, atau asyik dengan hobi dan pekerjaanya. Sekarang adalah zaman krisis ayah, ayah hadir hanya secara raga tanpa jiwa, kosong entah kemana.

Menikmati Hujan

Selama dua hari berturut-turut kota ini selalu diguyur hujan, aroma hujan yang has dan menyegarkan dipagi hari membuat aku tergoda untuk sekedar melapangkan tangan dan menanti setiap rintik-rintiknya jatuh ke telapak tangan. Dingin hujan ini segar dan menyegarkan terlebih dipagi hari seperti hari ini. Namun demikian, hujan selalu menghadirkan beragam cerita bagi setiap orang. ada yang happy, ada yang sedih, ada yang malah menggerutu dan menyalahkan hujan, padahal hujan telah menjadi sumber kehidupan baru bagi seluruh makhluk dibumi ini. Bagi sebagian orang kadang hujan menjadi alasan untuk datang terlambat ke sekolah, kuliah atau tempat kerja, atau dalam hal memenuhi janji. Ini mesti diluruskan. Hujan seharusnya tak menjadi penghambat untuk itu semua. Ah...maaf tadi hujan, hujan sih tadi makanya telat... dan sederet kata lain yang mejadikan hujan seolah menjadi moment yang tepat untuk dipersalahkan.  Padahal jika kita menikmati momen hujan ini dengan cara berbeda dengan cara me

Gelas kosong

Lagi-lagi aku tertarik untuk mengulas sebuah statement dari om bob dalam bukunya "belajar goblok dari bob sadino" yaitu tentang gelas kosong. Nasehatnya begini ketika kita bertemu dengan seseorang yang ternyata hebat atau membaca buku maka jadilah diri kita seperti gelas kosong, mengapa? dengan menjadi gelas kosong kita akan siap menampung semua ilmu-ilmu dari orang tersebut. Dengan menjadi gelas kosong berarti kita menyatakan diri kita siap untuk menerima hal-hal yang luar biasa dari orang/buku yang kita baca. Rendahkan hati dan biarkan seluruh ruang gelas terpenuhi dengan sempurna. Resapi setiap hal positif yang dapat kita gapai dan buanglah hal-hal negatif saat gelas sudah terisi penuh. Bisa saja kita akan berubah menjadi diri yang lebih positif/menjadi lebih baik ketika berjumpa dengan seseorang atau karena membaca sebuah buku. Sepanjang gelas kosong selalu kita siapkan, yakin deh tidak pernah akan ada hal-hal yang sia-sia, meskipun tak ada hal yang dapat kita raih

Biaya hidup vs gaya hidup

Ah.. Penghasilanku kurang, gajiku minus, ternyata Ga cukup... dan sederet keluhan lain tentu pernah kita dengar disekitar kita kan, atau bahkan diri kita pun pernah mengalami keluhan tersebut. Saat seperti ini tentu otak terasa mumet, pikiran seolah buntu, kita pun mengingat ingat kemana saja uang kita habis selama ini dan setelah diperhatikan tak ada apapun yg kita beli sesuatu yang bermanfaat. Ternyata semua hanya untuk memenuhi ego kita, nafsu Saja, hanya untuk gaya gayaan dan inilah gaya hidup berapapun jumlahnya tak pernah akan cukup untuk memenuhinya. Biaya hidup selalu cukup untuk hidup dan tak akan pernah cukup untuk gaya hidup, begitulah nasehat bijak seorang pengusaha kawakan mas Saptuari. Kadang gaya hidup kita mengalahkan hal-hal yang lebih penting (biaya hidup). Hanya karena gaya hidup kita rela menggadaikan hidup kita untuk kedepannya, yang celakanya kita rela berhutang kesana sini untuk memenuhi gaya hidup tersebut. Tak perduli pasak sudah lebih besar daripada tihang.